Khamis, 26 April 2012

Tuhan Itu Sayang pada Kita



Ada sebuah cerita “Seseeorang pernah mengalami situasi hidup dan mati kerana terjatuh dari sampan dan kemudian terseret arus. Ia bercerita bahwa arus itu sangat kuat menyeretnya. Ia berusaha melawan arus dengan berenang ke arah yang berlawanan tetapi tenaganya tidak cukup kuat untuk bertahan. Untunglah ditengah keadaan berbahaya itu ia kemudian melihat sebuah dahan yang cukup besar sehingga ia bisa berpegangan disana sampai diselamatkan.” Melawan arus memang tidak mudah, apalagi kalau sendirian. Kita mungkin bisa bertahan sampai waktu tertentu, tetapi tenaga kita yang terbatas akan terus berkurang sehingga pada suatu saat kita akan menyerah dan terseret arus untuk dibawa entah kemana. Betapa mengerikan seandainya diujung sana terbentang air terjun dengan jurang yang besar. Nyawa kita pun bisa hilang kalau itu yang terjadi. Dalam kehidupan ini kita pun seringkali harus terus berjuang melawan arus penyesatan di dunia. Kita sudah mati-matian berusaha untuk tidak terseret, tetapi arus yang sangat kuat bisa jadi menekan kita terus menerus sehingga pada saat kita lemah, kita pun akhirnya bisa ikut terseret arus itu. Melawan arus dunia seperti ini tidaklah mudah karena serangannya bisa dari segala arah. Salah-salah, kita bisa terbawa arus dalam berlayar mengarungi derasnya samudera kehidupan, dan akibatnya terperangkap pada akhir yang salah.

Mungkin saat ini kita sudah sampai di pertengahan perjalanan dalam berlayar menempuh samudera kehidupan, dan seperti kisah para murid dan Yesus di atas, angin sakal mulai bertiup sehingga kita mulai merasa kelelahan dalam mengemudikan kapal kita untuk terus maju ke depan hingga sampai ke tujuan akhir kita. Kita tahu destinasi kita semua yaitu menuju sebuah kehidupan kekal penuh sukacita tanpa ratap tangis bersama Bapa di Surga, tetapi mungkin saat ini terpaan angin sakal membuat kita kepayahan untuk mengarunginya. Sulit melawan arus dunia yang penuh tipu muslihat, ketidakadilan dan kesesatan. Pergaulan yang buruk, lingkungan yang tidak sehat, hal-hal negatif yang kita lihat dan dengar di sekitar kita, segala kedagingan duniawi, dan sebagainya, seringkali membuat kita menjadi lemah ketika kita berusaha melawannya. Kita memang diminta untuk tidak mengikuti arus dunia, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini” (Roma 12:2), tapi Tuhan mengerti bahwa mengandalkan tenaga kita sendiri tidak akan sanggup untuk melakukan itu. Tuhan mengajarkan kita untuk berhenti menggunakan tenaga sendiri tetapi harus mengandalkan kekuatan Tuhan sediri.

Demikian pula hidup kita. Meski kita punya pengalaman, tenaga dan sebagainya, pada suatu ketika kita bisa berhadapan dengan situasi pelik yang tidak bisa kita atasi sendirian. Di saat seperti itulah kita bisa mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan. Berkali-kali Tuhan berkata “Jangan takut” dalam Alkitab. Bagaimana kita bisa tidak takut? Caranya adalah dengan menyadari bahwa Tuhan selalu ada beserta kita. Jika ada penyertaan Tuhan dalam hidup kita, mengapa kita harus takut?

Dalam mengarungi lautan kehidupan ini kita akan terus berhadapan dengan angin sakal (hambatan dan tantangan). Pada satu waktu kita akan mulai kesulitan, tidak peduli seberapa hebatnya kita sebagai manusia, kita akan mengalaminya cepat atau lambat. Karena itulah kita butuh mengandalkan Tuhan menyertai dalam perjalanan kita agar kita bisa sampai ke tujuan yang benar seperti apa yang dikehendaki Tuhan bagi hidup kita. Ketika ada Tuhan dalam perahu hidup kita, kita pun tidak perlu takut, meski sedang berlayar melawan arus dan dalam kekelaman malam sekalipun. Tuhan sudah menjanjikan bahwa Dia akan selalu menyertai kita sampai akhir zaman (Matius 28:20). Meski arus di dunia ini sulit kita hadapi, ada “banyak nabi palsu akan muncul dan menyesatkan banyak orang…Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” (Matius 24:11,13). Agar dapat bertahan mengayuh bahtera kehidupan kita butuh penyertaan Tuhan Yesus dalam hidup kita. Angin sakal akan terus kita hadapi, bahkan angin badai sekalipun bisa saja bertiup kencang dalam perjalanan kita mengarungi hidup. Karenanya janganlah mengandalkan kekuatan sendiri, tapi milikilah sebuah perjalanan manis bersama Yesus hingga selamat sampai ke seberang.

Saat ini aku menghadapi pilihan yang cukup sulit untuk perjalanan perziarahan hidupku, dan semuanya kuserahkan pada tangan Tuhan apapun yang terjadi. Trimaksih Tuhan atas anugrah dan pengalaman ini yang membuat imanku kepada-Mu semakin Teguh. Amin.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan